Tujuan
dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah menghasilkan karkas
dengan bobot tinggi (kuantitas) serta kualitas karkas dan daging yang optimal,
baik bagi produser, konsumen dan pihak-pihak lain yang berkaitan dalam industri
daging. Seekor sapi dianggap baik bila dapat dinilai menghasilkan karkas dengan
kuatitas dan kualitas yang optimal dengan melakukan penilaian karkas. Penilaian
ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi jumlah daging yang terdapat
pada karkas. Nilai perdagingan (yield grade) menurut Departemen Pertanian
Amerika Serikat (USDA) merupakan kombinasi hasil potongan komersial dari daging
round, loin, rib dan chuck.
Nilai
perdagingan karkas dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan regresi
berganda yang dikembangkan oleh Murphey, maupun dengan persamaan regresi
berganda dan perhitungan berdasarkan penentuan nilai awal dan nilai akhir dari
perdagingan (preliminariy dan final yield grade) yang dikembangkan oleh USDA.
Penentuan nilai perdagingan karkas ditentukan oleh faktor kualitas karkas,
seperti : bobot karkas, tebal lemak subcutan/punggung, luas daerah mata rusuk
serta persentase lemak ginjal, jantung dan pelvis.
Pada
studi pertumbuhan karkas, bahwa butt shape erat hubungannya dengan lemak
dibandingkan otot. Studi tersebut menggunakan karkas yang berat dan lemak
penutup karkas dalam kisaran yang luas. Karkas secara kuantitaif cenderung
lebih baik jika kisaran berat karkas diperluas, sedangkan perbedaan tipe
kedewasaan berhubungan dengan genotif pada karkas yang ringan (lightweight) dan
berlemak.
Bobot
karkas merupakan salah satu parameter yang penting dalam system evaluasi
karkas. Sebagai indikator, karkas bukanlah merupakan predictor produktivitas
karkas yang baik karena adanya variasi tipe bangsa, nutrisi dan jenis
pertumbuhan jaringan sehingga mengakibatkan penurunan tingkat akurasi.
Untuk
memperkecil sumber keragaman tersebut bobot karkas perlu dikombinasikan dengan
variabel lain seperti tebal lemak subkutan dan luas urat daging mata rusuk
(loin eye area) dalam memprediksi bobot komponen karkas dan hasil daging. Bobot
setengah karkas dingin sebagai indikator tunggal tidak berpengaruh nyata
terhadap persentase daging sapi Brahman Cross yang dipotong pada kisaran
350-550 kg. Pengaruh bobot karkas menjadi nyata apabila dikombinasikan dengan
lemak subkutan dalam memprediksi persentase daging dengan tingkat akurasi yang
relatif tinggi.
Lemak
punggung adalah tebal lemak subkutan yang diukur antara rusuk 12 dan 13 di atas
urat daging mata rusuk pada posisi tiga per empat panjang irisan melintang urat
daging mata rusuk. Lemak subcutan berfungsi sebagai pelindung karkas dari
proses pendinginan dan akan mempengaruhi kualitas daging Tebal lemak subcutan
pada rusuk 12 dan 13 menunjukkan hubungan yang sangat kuat dengan persentase
lemak karkas dan persentase daging.
Luas
Urat Daging Mata Rusuk Daging tanpa lemak (lean) merupakan komponen karkas
terbesar dan bernilai tinggi baik ditinjau dari segi nutrisi maupun ekonomi.
Luas daerah mata rusuk merupakan indikator perdagingan yang umum digunakan.
Namun demikian, luas urat daging mata rusuk tidak dapat digunakan sebagai
indikator tunggal dalam menduga produksi daging, melainkan hanya sebagai
prediktor pelengkap. Luas urat daging mata rusuk dipengaruhi oleh bobot hidup
dan berkorelasi positif dengan bobot karkas, juga dipengaruhi oleh jenis
kelamin dan bangsa sapi.
Perbedaan
bangsa atau breed pada ternak sapi mempunyai dampak pada besarnya proporsi
lemak dibandingkan proporsi daging dan tulang selama penggemukan. Pada sapi
Hereford menghasilkan proporsi lemak yang lebih banyak pada daerah subkutan,
sedikit lemak intermuskuler dan lemak internal dibandingkan pada sapi Friesian.
Genetik sapi mempengaruhi pertumbuhan relatif dari otot, tulang dan lemak. Pada
stadium awal pertumbuhan otot, tulang dan lemak mempunyai pola pertumbuhan yang
serupa, relatif terhadap bobot karkas baik pada sapi jantan kastrasi Hereford
maupun Friesian.
Meskipun
demikian, pada saat awal fase penggemukan sapi Hereford mempunyai berat karkas
yang lebih ringan, Setelah itu karkas sapi Friesian mempunyai lebih banyak otot
dan tulang tetapi lebih sedikit lemak dibanding Hereford. Persentase lemak
karkas sapi Angus lebih tinggi dibandingkan sapi Friesian, baik yang
mengkonsumsi energi rendah maupun energi tinggi. Komposisi karkas sapi dapat
berbeda pada bangsa ternak yang sama.
Bangsa
ternak dapat menghasilkan karkas dengan karakteristiknya masing-masing. Ada
bangsa ternak yang mempunyai persentase lemak yang lebih tinggi dibandingkan
dengan bangsa ternak lainnya pada bobot potong yang sama, demikian pula dengan
komposisi daging dan tulang juga akan berbeda. Selanjutnya, perbedaan utama
antara bangsa sapi tipe perah (dairy cattle) dengan tipe daging (beef cattle)
adalah ciri distribusi lemak diantara depot-depot lemak karkas. Tipe perah
cenderung mempunyai proporsi lemak ginjal dan pelvis yang lebih tinggi dan
proporsi lemak subkutan dan lemak intermuskuler daripada bangsa sapi tipe
pedaging. Bangsa sapi tipe perah memiliki ukuran sel-sel lemak yang lebih kecil
dan jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan sel-sel lemak bangsa sapi
pedaging.
Genetik,
jenis kelamin dan umur mempengaruhi laju pertumbuhan komposisi tubuh yang
meliputi distribusi berat dan komposisi kimia serta proporsi komponen karkas
(otot, tulang dan lemak). Bila proporsi salah satu komponen karkas tinggi maka
proporsi komponen lainnya akan lebih rendah. Sapi Angus terkenal dengan sifat
menyimpan lemak intramuskuler (marbling) yang sangat baik. Perbandingan
komposisi karkas antara bangsa sapi tipe besar dengan tipe kecil pada bobot
potong yang sama maka sapi tipe besar lebih berdaging (lean), lebih banyak
mengandung protein, proporsi tulang lebih tinggi dan lemak lebih rendah
dibandingkan tipe kecil.
Jenis
kelamin (sex) mempengaruhi pertumbuhan jaringan dan komposisi karkas. Sapi dara
(heifer) menyelesaikan fase penggemukan pada bobot yang lebih ringan
dibandingkan sapi jantan kebiri (steer), dan sapi kebiri menyelesaikan fase
penggemukan tersebut lebih ringan dibandingkan sapi pejantan (bull). Oleh
karena itu bobot potong optimal lebih kecil pada sapi dara dan lebih besar pada
sapi jantan bila dibandingkan dengan sapi kebiri atau kastrasi. Penggemukan
sapi jantan memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan sapi dara atau sapi
kebiri. Sapi jantan mempunyai otot yang lebih banyak dan lemak lebih rendah
jika dibandingkan sapi dara, sedangkan sapi kebiri terletak diantara keduanya.
Tulang dan jaringan ikat (connective tissue) pada sapi jantan dan kebiri lebih
tinggi jika dibandingkan sapi dara.
Sapi
dara cenderung mempunyai persentase urat daging kaki belakang bagian proximal
dan abdomen yang lebih besar dibandingkan dengan sapi jantan, dan pada sapi
kebiri persentase tersebut lebih besar dibandingkan sapi jantan. Sapi jantan
mempunyai proporsi urat daging bagian leher dan dada yang lebih besar daripada
sapi dara, sedangkan sapi kebiri diantara keduanya.
Pada
sapi, lemak cenderung disimpan lebih banyak pada ginjal dan rongga pelvis.
Banyaknya lemak bervariasi diantara spesies dan merupakan pertimbangan utama
dalam menentukan nilai karkas. Persentase lemak pada sapi akan bertambah selama
terjadi pertumbuhan. Pada sapi Peranakan Ongole menunjukkan bahwa perbedaan
umur mempengaruhi bobot lemak pelvis, dimana pada umur 2,5 tahun mempunyai
bobot lemak pelvis 1.14 kg sedangkan umur 3.5 tahun sebesar 1.65 kg.
Kastrasi
terhadap sapi jantan muda berpengaruh terhadap karakteristik karkas. Pada sapi
jantan yang tidak dikastrasi, karkasnya lebih panjang dibandingkan sapi yang
tidak dikastrasi, demikian pula bagian urat daging bagian paha (round) lebih
berat serta urat daging mata rusuk (loin eye area) yang lebih luas. Sedangkan
sapi yang dikastrasi (steer) dagingnya lebih ber-marbling, kualitas daging
lebih baik, lemak yang menyelimuti daging (intermusculer fat) lebih tebal,
serabut otot “putih” persentasenya lebih banyak dan diameter serabut otot pada
otot longissimus lebih kecil dibandingkan karkas sapi yang tidak dikastrasi.
Kandungan
lemak sapi jantan kastrasi (steer) lebih tinggi dibandingkan sapi pejantan
(bull) apabila sapi tersebut dipotong. Sapi jantan kastrasi (steer) mempunyai
serabut kolagen diantara otot yang lebih sedikit dibandingkan sapi jantan
(bull), antara steer dan young bull (pejantan muda) sapi Hereford umur 14 bulan
tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada parameter: berat hidup, persentase
karkas, panjang karkas dan luas urat daging mata rusuk. Namun demikian, berat
karkas dan konformasi karkas pada sapi yang tidak dikastrasi (young bull)
relatif lebih baik.
Lama
pemeliharaan sapi dengan pakan yang rasional dapat meningkatkan persentase
karkas, luas urat daging mata rusuk, tebal lemak punggung, persentase potongan
eceran karkas (retail cuts) dan perbaikan skor marbling dari urat daging mata
rusuk. Perbedaan lama penggemukan pada sapi berpengaruh terhadap laju
pertumbuhan relatif dari lemak dan proporsi lemak pada karkas. Komposisi tubuh
pada sapi yang dipelihara dalam jangka waktu yang berbeda (124 hari VS 175
hari) ternyata sangat besar korelasinya dengan kandungan energi pakan. Meskipun
demikian proporsi otot dan tulang pada karkas yang telah dilayukan (cold
carcass) menurun sedangkan proporsi lemak meningkat, rasio daging-tulang
meningkat sedangkan rasio daging-lemak menurun dengan meningkatnya berat
potong. Sapi jantan Aberden Angus yang dipotong secara berseri sesuai
peningkatan bobot potong menunjukkan bahwa semakin besar bobot potong dan berat
karkas maka persentase karkas dan persentase lemak juga meningkat, utamanya
lemak subkutan, ginjal, jantung, lemak intermuskuler dan lemak internal.
Konformasi
butt shape adalah keselarasan bentuk paha dengan konformasi karkas secara
keseluruhan, yang menyangkut kerangka, perototan dan perlemakan. Skor shape
digunakan pada banyak sistem deskripsi karkas sapi potong di seluruh dunia.
Australian
meat (Aus-Meat) merekomendasikan penggunaan butt shape dalam bahasa deskripsi
kira-kira 16 tahun yang lalu. Namun yang menarik adalah pengukuran yang
dianjurkan mengikuti kesimpulan Thornton, dimana tidak ada indikasi peran
bermanfaat dari butt shape dalam estimasi hasil daging yang dipasarkan walaupun
butt shape adalah pilihan saat ini dan digunakan secara luas dalam pemasaran
karkas karena berpengaruh secara ekonomis.
Jika
bentuk karkas (shape) disamakan dengan perlemakan (fatness) yang mempelajari
karkas yang ringan (lightweight), kurangnya lemak karkas pada pasar domestik
Australia menunjukkan perbedaan tingkat hubungan antara skor shape dan komponen
karkas.
Lemak
subkutan memainkan peranan penting dalam penentuan butt shape. Pada masa yang
akan datang lemak subkutan penting dalam meningkatkan bentuk morfologi sapi.
Proporsi total lemak yang di deposit di bawah kulit akan merefleksikan secara
langsung kuantitas seleksi sifat-sifat sapi potong. Lemak subkutan adalah
jaringan tubuh yang ditempatkan dengan baik untuk meningkatkan bentuk luar.
Hasil yang baik sebagai gambaran image analysis dalam pengujian karkas
memungkinkan kebebasan terhadap koreksi lemak subkutan. Sapi dengan tipe otot
yang baik menunjukkan pertumbuhan memanjang otot dengan cepat dan mempunyai
sedikit lemak, utamanya lemak subkutan pada berat pasar domestik yang mempunyai
perbedaan hubungan antara bentuk dan komponen karkas.
Estimasi
komposisi karkas dapat dilakukan dengan memprediksi jumlah produk yang layak
dimakan (edible product). Hasil tersebut terdiri atas proporsi daging, lemak
dan tulang, Keseluruhan proporsi karkas tersebut ditentukan oleh pertumbuhan
jaringannya. Besarnya jumlah edible product yang dihasilkan ini juga ditentukan
oleh keahlian dari orang yang menangani rangkaian pemotongan ternak (jagal)
serta kesukaan konsumen dalam memilih bagian-bagian potongan dari produk
tersebut setelah diperdagangkan. Perbedaan yang menjadi hubungannya dalam hal
ini biasanya tergantung pada seberapa besar lemak dan tulang yang terdapat
dalam jaringan daging dapat diterima oleh konsumen sebagai edible product.
Daging dalam hal ini merupakan komponen karkas yang terpenting sehingga dalam
penerapannya, total daging secara kuantitatif dipergunakan sebagai titik akhir
sarana penduga atau pengukur komposisi karkas.
Dari
beberapa hasil penelitian, perbedaan komposisi karkas dari bobot karkas yang
berbeda akan dapat diketahui jika perbandingannya dilakukan dalam kelompok
jenis kelamin dan kelompok bangsa yang sama, perbedaan rasio dari lemak
subkutan dan lemak intermuskuler yang didasarkan pada tebal lemak punggung,
pembandingannya dapat dilakukan antar bangsa ternak dan antar jenis kelamin
yang berbeda. Pengukuran karkas secara objektif dapat meningkatkan nilai
prediksi komposisi karkas pada sapi. Ketebalan lemak punggung yang diukur
sepanjang otot Longissimus dorsi telah terbukti sangat baik digunakan sebagai
prediktor untuk mengetahui persentase lemak dan secara tidak langsung juga
persentase daging dari keseluruhan karkas.
Ada
dua dasar pertimbangan dalam grading karkas yaitu: mencerminkan perbedaan umur
dari potongan atau bagian karkas dan perbandingan antara daging dengan tulang,
serta penilaian daging. Grade adalah suatu ukuran dari dua perhitungan yang
merupakan perkembangan dari tiga faktor, yaitu: finish, konformasi dan
kualitas.
Konformasi
adalah keseimbangan dari perkembangan bagian-bagian karkas, atau perbandingan
antara daging dengan tulang. Jadi konformasi adalah suatu ukuran untuk menilai
kualitas daging secara langsung dengan membandingkan antara bagian-bagian
karkas yang bernilai tinggi dengan yang bernilai rendah, serta perbandingan
antara bagian-bagian yang dapat dimakan dengan yang tidak dapat dimakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SILAHAKAN ANDA KOMENTAR,
NAMUN TETAP JAGA KESOPANAN.